Friday, November 18, 2011

Johnny Andrean: Melahirkan Ide-ide Kreatif dari Jalan-jalan

Thursday, April 1st, 2010
oleh : Taufik Hidayat

Di luar kesibukannya sebagai pebisnis salon sukses, Johnny Andrean punya hobi tak kalah mengasyikkan: traveling alias jalan-jalan. Demi memenuhi hobinya itu, minimal empat kali dalam setahun Johnny bersama istrinya, Tina Andrean, meluangkan waktu ke luar negeri. Berbagai penjuru kota di dunia disinggahinya, mulai dari Paris, Monaco dan Venesia hingga Dubai, Jepang dan Korea. 

Bagi pria yang dikenal sebagai hair stylish terkemuka yang memiliki tak kurang dari 150 salon di seluruh Indonesia ini, jalan-jalan bukan sekadar memenuhi kesenangan belaka. Sebab, traveling inilah yang memberinya kesempatan menggali ide-ide kreatif dan mengasahnya untuk kepentingan bisnis. “Melalui traveling itu, ide-ide kreatif selalu muncul, ujar sang istri, Tina.

Salah satu hasil petualangannya demi melahirkan ide kreatif terlihat di tahun 2003, tatkala pria berambut gondrong ini berhasil ditunjuk menjadi master franchise roti Bread Talk yang berkantor pusat di Singapura. Secara berani, Johnny menawarkan gerai roti yang berbeda dari lainnya: gerai Bread Talk didesain terbuka dan transparan, sehingga memungkinkan konsumen melihat proses produksi, dan wangi khas rotinya dapat “mengepung” pusat perbelanjaan di mana gerai itu berada. Akibatnya, pengunjung pun terpancing untuk singgah ke gerainya. 

Berkat pendekatan yang berani — menampilkan dapur yang terbuka dan transparan — gerai Bread Talk laris manis diserbu pelanggan. Bahkan, sejak awal peluncurannya pelanggan rela antre untuk bisa membeli roti yang harganya tak bisa dikatakan murah itu. Antrean panjang di gerai-gerai Bread Talk kini seolah-olah menjadi tren gaya hidup baru bagi masyarakat kota besar.

Sukses dengan Bread Talk, diikuti sukses Johnny yang lain di bisnis food & beverage. Tahun 2005 dia masuk ke bisnis donat dan kopi dengan mengibarkan J-Co Donuts & Coffee. Johnny punya obsesi untuk merek besutannya ini: menjadi pemain global. Untuk itu, dia pun mau melakukan survei dan riset ke berbagai negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Jepang dan berbagai negara Eropa. Mimpinya adalah menciptakan donat yang sempurna, yang diterima lidah dan mendorong gaya hidup modern di perkotaan.

Lagi-lagi, J.Co juga mendapat sambutan pasar yang luar biasa. Dalam waktu singkat kini ada lebih dari 40 gerai J.Co yang tersebar di berbagai kota di Tanah Air. Bahkan, J.Co pun telah merambah negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

Baik Bread Talk maupun J.Co memperlihatkan kecerdasan Johnny memaksimalkan jiwa kreatifnya. Produknya selalu berbeda dari produk lain di kategorinya. Dia berhasil menjadikan produk yang dibesutnya sebagai another product. Pertanyaannya, kok bisa?

“Inovasi merupakan sebuah keharusan. Karena itu, dibutuhkan kreativitas yang tinggi untuk membuat produk yang dibesut selalu tampil segar,” ungkap Tina tentang prinsip suaminya. Menurut sang istri, sumber kreativitas itu kebanyakan diperoleh dari hasil jalan-jalan.“Melalui traveling itulah ide-ide tersebut timbul,” ujarnya. Dia menggambarkan, ketika pergi ke suatu daerah dan mencoba sutu makanan yang enak, mereka biasanya selalu mempertimbangkan mengapa tidak coba buat sendiri. “Inspirasinya dari hasil traveling itu, tapi disajikan dalam bentuk yang lain dan disesuaikan.” 

Tak jarang Johnny dan Tina sengaja memilih tujuan traveling karena maksud tertentu. Kebetulan Johnny merupakan sosok orang yang mau belajar. Untuk melengkapi wawasan berbisnis, tak segan dia melakukan perjalanan khusus ke berbagai tempat yang diyakininya memiliki keunggulan di bidang tertentu. Dia belajar pemasaran di AS, rumus penyajian dia dapatkan di Eropa, dan ilmu displai produk diperolehnya di Jepang. J.Co merupakan kolaborasi dari hasil perjalanan tersebut. “Kalau tidak melakukan perjalanan,“ ujar Tina, “mungkin kami tidak akan pernah berkembang karena rasanya kami sudah pintar sendiri di dalam.” 

Johnny menandaskan, hal pertama yang harus dilakukan agar menjadi kreatif dan tetap kreatif adalah memiliki tim yang kreatif dan andal. Tim ini harus diisi orang-orang yang kreatif. ”Satu orang kreatif tidak bisa apa-apa. Dengan bersama-sama, kreativitas dan ide-ide kreatif tidak akan pernah berhenti,” ungkapnya.

Traveling, menurut Johnny, merupakan salah satu cara mengembangkan kreativitas. Maka, terkadang dia pun mengikutsertakan timnya dalam perjalanan. “Kami sering melihat pameran dan show di luar negeri,” ujarnya. Selain itu, cara lain yang juga bisa meningkatkan kreativitas adalah sering melihat gambar-gambar fashion dan tren di luar negeri.

Ungkapan Johnny dibenarkan Gita Herdi Hastarani, Manajer Pemasaran & Komunikasi Grup Johnny Andrean. Gita mengungkapkan, tidak ada satu orang khusus yang kreatif di perusahaannya. Semua hal di Grup Johnny Andrean, mulai dari salon, J.Co hingga BreadTalk, dibahas bersama dalam sebuah teamwork. ”Tidak ada satu orang yang berpikir kreatif. Semua orang dituntut untuk kreatif,” katanya menegaskan. 

Kreativitas, lanjut Gita, tidak bisa timbul dari, atau dieksekusi oleh, satu orang saja. Sehingga, di semua usaha Grup Johnny Andrean selalu diadakan rapat bersama. “Tidak hanya dari head office, kami juga mengundang para area manager dari cabang-cabang. Di situ kami brain storming bersama-sama,” ujarnya. Dari pertemuan itu, banyak muncul ide dari orang-orang operasional di lapangan selain ide-ide dari kantor pusat.

Tina menambahkan, biasanya, setelah mendapat ide, Johnny dan dirinya akan mendiskusikan ide itu bersama dan kemudian membagikan kepada staf agar mereka kembangkan. Grup Johnny Andrean memiliki tim kreatif untuk setiap bagian, sehingga terkadang berbagai diskusi terkait pembahasan ide-ide kreatif dalam rangka perencanaan inovasi dilakukan dalam tim tersebut. Sebagai contoh, Johnny memiliki Johnny Andrean Artistic Team yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang bekerja di salon dan siswa sekolah Johnny Andrean. 

“Ketergantungan” Johnny pada kerja tim juga dibeberkan kolega dekatnya yang tidak ingin disebutkan jati dirinya. Sang kolega mengatakan, Johnny masih menjadi sosok sentral di perusahaannya. Sebagian besar ide kreatif di grup perusahaan tersebut bermula dari pemikiran Johnny. Dan, lanjutnya, ketika mendapatkan ide kreatif, Johnny tidak mau kehilangan momen sedikit pun. “Terkadang tengah malam ia mengajak diskusi tentang ide kreatifnya itu.”
Eric Pradjonggo, pemilik Cafe Cavana, membenarkan pernyataan kolega dekat Johnny itu. “Jam berapa pun itu, bahkan di luar jam kantor. Kalau merasa perlu mematangkan ide tersebut, dia akan melakukan itu.” 

Eric juga menilai Johnny sebagai orang yang spontan. Sehingga kalau ada ide, langsung digarap. “Dia tidak mau meninggalkan idenya begitu saja. Jadi, ide-idenya sering harus dibahas seketika itu juga.,” ujarnya. “Dia banyak berdiskusi dengan orang-orang di dekatnya untuk mengembangkan ide menjadi lebih detail. Tatkala ide itu bukan berasal dari dirinya, dia bisa menghubungi orang yang mengusulkan ide itu setiap waktu untuk berdiskusi. Dia tidak pernah membiarkan ide itu mandek di satu titik. Dia terus mengembangkannya,” Eric memaparkan.

Johnny juga selalu mencatat hal-hal penting. Hal ini sangat berguna kala dia melakukan pengembangan bisnis dari ide kreatifnya. Akan tetapi, di luar kebiasaannya mencatat itu, sang kolega menyebutkan bahwa Johnny memiliki ingatan yang sangat tajam.

Tina menekankan, kunci sukses Johnny adalah sikap selalu senang bekerja, selalu ingin membuat yang terbaik, serta selalu ingin meningkatkan apa yang telah dilakukan dan dibuat agar di masa mendatang jadi lebih baik lagi. Hal ini pula yang menurut Tina selalu ditekankan dalam memotivasi pegawai, sehingga mereka selalu berpendapat apa yang dilakukan sekarang belum sempurna, dan harus disempurnakan lagi. “Itulah yang menjadi momentum untuk menjadi lebih baik dan lebih baik. Biasanya apa yang menjadi ide itu kami coba dulu. Kalau nanti gagal, ya tidak apa-apa, karena gagal itu juga sebenarnya pelajaran. Melalui kegagalan kami belajar untuk masa yang akan datang. Kami tidak pernah takut gagal. Saya rasa semua orang berhasil harus gagal dulu,” papar Tina. Dia memperkirakan di antara ide-ide kreatif itu, perbandingan antara yang berhasil dan gagal sekitar 8:2. Tidak mengecewakan, bukan?
Reportase: Ahmad Yasir Saputra dan Kristiana Anissa
Riset: Siti Sumariyati

Sumber:http://swa.co.id/2010/04/johnny-andrean-melahirkan-ide-ide-kreatif-dari-jalan-jalan/

0 comments:

Post a Comment